Kegagalan Menjadi Keberhasilanku
Shifa Rahmania
“Ah,
Aku terlambat!! Lihat, sudah jam berapa ini? Kenapa Ibu nggak bangunin aku?”
Kata-kata itu keluar dari anak yang baru saja terlambat bangun pagi. Siapa lagi
kalau bukan Fara, ia merupakan remaja berusia 14 tahun, siswa SMP kelas 8, dan
ia merupakan anak tunggal.
“Bu,
aku terlambat. Kenapa Ibu gak bangunin aku huaaa” Keluh fara. “Ibu sudah
bangunin kamu loh Fara. Tetapi saat ibu bangunkan, kamu malah: “bilang ya Bu 5
menit lagi” dan itu sudah berkali-kali. 5 menit sih 5 menit tahu-tahu sudah 5
jam.” Jawab ibu Fara.
“Sudah
sekarang cepat-cepat kamu mandi, lihat kamu sudah telat upacara.” Lanjut Ibu.
“Hah? Sekarang hari Senin Bu??? Ya ampun Bu Kenapa Fara telatnya di hari
Senin??? Duh gimana ini” kata Fara yang sedang kepanikan itu. Setelah itu, Fara
buru-buru untuk pergi mandi dan menggunakan seragamnya. Sesudah itu ia sarapan nasi
goreng ala Ibu Fara tercinta. Lalu ia pun pergi ke sekolah. Sesampainya di
sekolah, ia pun terpisah barisan dengan kawan-kawannya, dikarenakan ia
terlambat saat itu.
Setelah
upacara selesai, Fara pun diberi peringatan oleh guru tentang keterlambatannya
itu. Fara sangat menyesal karena ia malah asyik tidur, padahal hari itu ia akan
sekolah dan melaksanakan upacara. Setelah semuanya selesai, Fara pun bergegas
pergi ke kelas.
“Halo
teman-teman semuanya.” Sapa Fara kepada teman kelasnya.
Sesampainya
Fara di kelasnya, ia bergegas menceritakan kejadian tadi pagi yang dialaminya
kepada temannya.
“Eh,
tau gak aku telat gara-gara aku telat bangun, makanya aku dipisah barisan.”
Kata fara.
“Makanya,
jangan hobinya tidur terus!” kata salah satu temannya.
“Tidur
tuh enak tahu.” Jawabnya.
“Bingung
banget sama ini anak, Kenapa hobinya tidur tapi tetep aja pintar.” Kata teman
fara yang lain.
Ya,
fara merupakan anak pintar dikelas. Ia selalu mendapatkan nilai yang bagus,
tetapi tidak selalu bagus. Terkadang ia juga mendapatkan nilai yang tidak
memuaskan.
Fara
juga mengenali seluruh teman kelasnya, tetapi ia lebih dekat dengan keenam
temannya ini. Keenam temannya antara lain, Shayla, Naura, Ria Zahwa, shayna,
dan widya, yang masing masing memiliki sifat yang berbeda.
Seminggu
yang lalu, Fara dan siswa-siswi disekolahnya melaksanakan penilaian tengah
semester. Dan dihari jumat lalu, mereka telah menyelesaikan ulangan tersebut.
Lalu pada jumat depan, sekolah mengundang para orang tua siswa untuk hadir
dalam pembagian hasil penilaian tengah semester ini.
Pembagian
hasil penilaian tengah semester pun telah dilaksanakan. Hasil tersebut tentu
diterima oleh para orang tua siswa, termasuk
oleh orang tua Fara.
Sepulangnya
ibu dari sekolah, Fara pun melihat sekaligus penasaran dengan hasilnya. Fara
ternyata mendapatkan nilai yang memuaskan, apalagi dalam mata pelajaran
matematika. Ia tidak mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Ibu Fara sangat bangga, begitupun fara
terhadap dirinya sendiri, ia sangat bangga terhadap dirinya sendiri.
Sabtu
dan minggu pun berlalu, hingga senin senin pun tiba. Fara belajar dari
kesalahannya pada hari senin lalu, ia tidak lagi bangun terlambat, sehingga ia
pun tidak akan terlambat mengikuti upacara bendera.
“Bagus
fara, kamu belajar dari kesalahan kamu kemarin” ucap ibu fara.
“Hehe
iyaa dong bu.” Jawab fara. Setelah selesai bersiap siap dan juga sarapan, fara
pun berangkat sekolah, ia merasakan udara pagi yang dingin.
“Duh
dingin juga, aku pake jaket kok tetep dingin” kata fara dalam hati.
Fara
pun bergegas pergi ke kelas. Sesampainya dikelas, ia terkejut karna ia tidak
menemukan satu orang pun dikelas.
“Loh?
Heh? Gaada orang nih? Wah, aku kepagian deh kayanya, kemarin ketelatan,
sekarang kepagian” ucap fara. Tak lama kemudian, teman sekelasnya pun
berdatangan satu persatu.
Bel
pun berbunyi, semua siswa dan siswi masuk ke dalam kelasnya masing masing dan
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwalnya masing masing.
Pada
pukul 09.55 bel pun berbunyi, tanda istirahat. Tentu saja membuat fara dan
teman temannya senang. Fara bergegas ke kantin.
Sepulangnya
mereka dari kantin, dan hendak ke kelas, fara ternyata dipanggil oleh ibu
Lestari, yaitu guru matematika disekolahnya. Fara pun bergegas menemui ibu
Lestari tersebut.
“Selamat
siang bu, maaf ada apa ibu memanggil saya?” Tanya fara.
“Eh
Fara. Ini fara, ibu menawarkan kamu untuk mengikuti lomba olimpiade matematika,
apakah kamu bersedia?” Tanya ibu Lestari.
Fara sedikit terkejut mendengar tawaran
tersebut. Fara sebetulnya ingin mengikuti lomba, tetapi fara takut dengan
kegagalan. Ia takut gagal lagi, lagi, lagi, dan lagi.
“Baik
bu saya bersedia.” Jawab fara.
Fara
sebetulnya tidak bersedia, hanya saja ia ingin mencoba lagi. Setelahnya, fara
pun kembali ke kelasnya.
Sesampainya
dikelas, ia menceritakannya kepada teman temannya.
“Tadi
aku ditawarin ikut olimpiade matematika” kata fara.
“Wah
bagus dong, keren tuh” kata shayla.
“Ya
bagus sih bagus, Cuma aku takut gagal lagi, aku takut kalah.” Ucap Fara.
“Heleh,
kalah mah udah biasa kalii, gak papa lah. Mau kalah, mau menang, yang penting
berusaha.” Kata naura.
“Iya
lho far, ada baiknya coba lagi” kata zahwa.
“Iya
deh.” Jawab fara.
Bel
pun berbunyi, waktu istirahat sudah selesai. Para siswa dan siswi melanjutkan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwalnya masing masing.
Kini,
jam menunjukan pukul 12.05 yang berarti jam pulang. Fara dan teman temannya pun
berpisah untuk pulang kerumah masing masing.
Sesampainya
dirumah, Fara bercerita kepada ibunya mengenai kejadian tadi disekolah, ia
bercerita bahwa ia ditawarkan mengikuti lomba.
“Wah
hebat anak ibu, sampai ditawari ikut lomba.” Puji ibu fara.
“Tapi
bu, Fara takut gagal kaya dulu” ucap fara.
Ya
fara hanya takut dengan kegagalan, ia mengalami kegagalan yang berulang-ulang.
Pada saat Fara SD, fara selalu mengikuti lomba lomba. Fara sudah banyak
mengikuti banyak perlombaan di bidang yang sama, tetapi hasilnya pun gagal.
Karena itulah, Fara takut untuk mencoba kembali.
“Tidak
apa fara, tidak ada salahnya mencoba kembali. Kita tidak boleh patah semangat”
kata ibu fara.
“Baik
bu, fara akan mencoba lagi”
Fara
pun terus berlatih untuk lombanya itu, fara tetap berusaha. Kali ini fara tidak
memikirkan hasilnya bagaimana, fara
hanya fokus kepada usahanya.
Dua
bulan pun berlalu, bulan ini (oktober) akan diselenggarakan perlombaan
olimpiade matematika tersebut. Fara sudah siap untuk mengikutinya, ia sudah
berlatih dan menyiapkan segalanya untuk itu.
Hingga
hari perlombaan dilaksanakan pun tiba, fara berusaha dalam menjawab pertanyaan
pertanyaan dalam soal tersebut. Ia sedikit kesulitan, namun ia pun tetap bisa
menjawabnya.
Perlombaan pun Selesai, fara pulang dan kini
fara hanya tinggal menunggu hasil perlombaan tersebut.
Keesokan
hari nya, fara melakukan aktivitas seperti biasanya. Ia bangun pagi, lalu pergi
ke sekolah.
Sesampainya
disekolah, ia menyapa teman temannya.
“Duh
tau gak sih kemarin sudah juga soal soalnya” cerita fara.
“Hmm,
tapi semoga aja bisa juara ya.” Ucap Ria
Bel
pun berbunyi, fara dan teman temannya pun kembali melakukan kegiatan pelajaran.
Saat
istirahat tiba, fara dipanggil oleh ibu Lestari.
“Fara
maaf, kamu tidak mendapatkan juara untuk saat ini. Tetapi kamu masih ada
kesempatan untuk mengikutinya lagi tahun depan.” Ucap ibu Lestari.
“Baik
bu, mungkin saya akan mencoba lagi ditahun depan, terima kasih.” Jawab fara.
Fara
pun pergi ke kantin menyusul teman temannya.
“Aku
kalah” ucap fara dengan nada sedih.
“Gapapa,
kamu hebat udah berusaha.” Kata naura
“Gausah
sedih sedih gitu, aku traktir dehh, mau yaa?” Tawar shayna.
“Mau
dong, mau mau” fara kembali bersemangat.
Fara
pun sudah tidak lagi bersedih, karena temannya yang sudah menghibur fara. Fara
beruntung karena fara memiliki teman teman seperti mereka.
Saat
pulang, fara pun menceritakan kabar tadi kepada ibunya.
“Bu,
fara gagal lagi bu, kenapa fara gagal terus bu?” Keluh fara.
“Tidak
apa apa fara, kegagalan merupakan awal dari kesuksesan.” Kata ibu fara.
“Ibu
sangat bangga kepada mu, karena kamu sudah berusaha dalam setiap perlombaan.”
Lanjut ibu fara.
Setelah
mendengar perkataan ibunya tadi, fara pun menjadi bersemangat dan tidak takut
dengan kegagalan. Ia menyadari bahwa kegagalan itu adalah hal yang biasa, dan
tidak akan selamanya juga ia gagal. Apabila ia terus berusaha dan mencoba,
pasti ia akan berhasil.
Fara
kini belajar dan berlatih lebih awal, ia menyiapkan semuanya untuk perlombaan
tahun depan nanti.
Tajun
ajaran baru pun tiba, hingga perlombaan olimpiade matematika pun tiba, fara
sangat bersemangat untuk perlombaan olimpiade tahun ini, karena ia sudah
berlatih sejak lama.
Fara
mulai mengerjakan soal soal yang ada. Hingga waktu mengerjakan pun habis, fara
telah selesai mengisi soal soal tersebut. Kini fara tidak harus menunggu
hasilnya dirumah, tetapi fara dan peserta lainnya harus menunggu di tempat
perlombaan.
Setelah
menunggu, akhirnya hasil juara dari perlombaan tersebut diumumkan. Dan peserta
yang memenangkan juara pertama adalah fara. Fara terkejut, sekaligus bangga
terhadap dirinya sendiri. Akhirnya fara bisa berhasil.
Fara,
ibu, serta teman temannya sangat bangga terhadap dirinya. Para guru
disekolahnya pun sangat bangga terhadap dirinya, karena ia bisa menjadi peserta
terbaik di lomba olimpiade tersebut.
0 Komentar