Ticker

6/recent/ticker-posts

Laporan TMBB Shifa Rahmania Bulan Oktober 2022


 


Kegagalan Menjadi Keberhasilanku

Shifa Rahmania

 

 

“Ah, Aku terlambat!! Lihat, sudah jam berapa ini? Kenapa Ibu nggak bangunin aku?” Kata-kata itu keluar dari anak yang baru saja terlambat bangun pagi. Siapa lagi kalau bukan Fara, ia merupakan remaja berusia 14 tahun, siswa SMP kelas 8, dan ia merupakan anak tunggal.

“Bu, aku terlambat. Kenapa Ibu gak bangunin aku huaaa” Keluh fara. “Ibu sudah bangunin kamu loh Fara. Tetapi saat ibu bangunkan, kamu malah: “bilang ya Bu 5 menit lagi” dan itu sudah berkali-kali. 5 menit sih 5 menit tahu-tahu sudah 5 jam.” Jawab ibu Fara.

“Sudah sekarang cepat-cepat kamu mandi, lihat kamu sudah telat upacara.” Lanjut Ibu. “Hah? Sekarang hari Senin Bu??? Ya ampun Bu Kenapa Fara telatnya di hari Senin??? Duh gimana ini” kata Fara yang sedang kepanikan itu. Setelah itu, Fara buru-buru untuk pergi mandi dan menggunakan seragamnya. Sesudah itu ia sarapan nasi goreng ala Ibu Fara tercinta. Lalu ia pun pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, ia pun terpisah barisan dengan kawan-kawannya, dikarenakan ia terlambat saat itu.

Setelah upacara selesai, Fara pun diberi peringatan oleh guru tentang keterlambatannya itu. Fara sangat menyesal karena ia malah asyik tidur, padahal hari itu ia akan sekolah dan melaksanakan upacara. Setelah semuanya selesai, Fara pun bergegas pergi ke kelas.

“Halo teman-teman semuanya.” Sapa Fara kepada teman kelasnya.

Sesampainya Fara di kelasnya, ia bergegas menceritakan kejadian tadi pagi yang dialaminya kepada temannya.

“Eh, tau gak aku telat gara-gara aku telat bangun, makanya aku dipisah barisan.” Kata fara.

“Makanya, jangan hobinya tidur terus!” kata salah satu temannya.

“Tidur tuh enak tahu.” Jawabnya.

“Bingung banget sama ini anak, Kenapa hobinya tidur tapi tetep aja pintar.” Kata teman fara yang lain.

Ya, fara merupakan anak pintar dikelas. Ia selalu mendapatkan nilai yang bagus, tetapi tidak selalu bagus. Terkadang ia juga mendapatkan nilai yang tidak memuaskan.

Fara juga mengenali seluruh teman kelasnya, tetapi ia lebih dekat dengan keenam temannya ini. Keenam temannya antara lain, Shayla, Naura, Ria Zahwa, shayna, dan widya, yang masing masing memiliki sifat yang berbeda.

Seminggu yang lalu, Fara dan siswa-siswi disekolahnya melaksanakan penilaian tengah semester. Dan dihari jumat lalu, mereka telah menyelesaikan ulangan tersebut. Lalu pada jumat depan, sekolah mengundang para orang tua siswa untuk hadir dalam pembagian hasil penilaian tengah semester ini.

Pembagian hasil penilaian tengah semester pun telah dilaksanakan. Hasil tersebut tentu diterima oleh para orang tua siswa, termasuk  oleh orang tua Fara.

Sepulangnya ibu dari sekolah, Fara pun melihat sekaligus penasaran dengan hasilnya. Fara ternyata mendapatkan nilai yang memuaskan, apalagi dalam mata pelajaran matematika. Ia tidak mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

 Ibu Fara sangat bangga, begitupun fara terhadap dirinya sendiri, ia sangat bangga terhadap dirinya sendiri.

Sabtu dan minggu pun berlalu, hingga senin senin pun tiba. Fara belajar dari kesalahannya pada hari senin lalu, ia tidak lagi bangun terlambat, sehingga ia pun tidak akan terlambat mengikuti upacara bendera.

“Bagus fara, kamu belajar dari kesalahan kamu kemarin” ucap ibu fara.

“Hehe iyaa dong bu.” Jawab fara. Setelah selesai bersiap siap dan juga sarapan, fara pun berangkat sekolah, ia merasakan udara pagi yang dingin.

“Duh dingin juga, aku pake jaket kok tetep dingin” kata fara dalam hati.

Fara pun bergegas pergi ke kelas. Sesampainya dikelas, ia terkejut karna ia tidak menemukan satu orang pun dikelas.

“Loh? Heh? Gaada orang nih? Wah, aku kepagian deh kayanya, kemarin ketelatan, sekarang kepagian” ucap fara. Tak lama kemudian, teman sekelasnya pun berdatangan satu persatu.

Bel pun berbunyi, semua siswa dan siswi masuk ke dalam kelasnya masing masing dan melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwalnya masing masing.

Pada pukul 09.55 bel pun berbunyi, tanda istirahat. Tentu saja membuat fara dan teman temannya senang. Fara bergegas ke kantin.

Sepulangnya mereka dari kantin, dan hendak ke kelas, fara ternyata dipanggil oleh ibu Lestari, yaitu guru matematika disekolahnya. Fara pun bergegas menemui ibu Lestari tersebut.

“Selamat siang bu, maaf ada apa ibu memanggil saya?” Tanya fara.

“Eh Fara. Ini fara, ibu menawarkan kamu untuk mengikuti lomba olimpiade matematika, apakah kamu bersedia?” Tanya ibu Lestari.

 Fara sedikit terkejut mendengar tawaran tersebut. Fara sebetulnya ingin mengikuti lomba, tetapi fara takut dengan kegagalan. Ia takut gagal lagi, lagi, lagi, dan lagi.

“Baik bu saya bersedia.” Jawab fara.

Fara sebetulnya tidak bersedia, hanya saja ia ingin mencoba lagi. Setelahnya, fara pun kembali ke kelasnya.

Sesampainya dikelas, ia menceritakannya kepada teman temannya.

“Tadi aku ditawarin ikut olimpiade matematika” kata fara.

“Wah bagus dong, keren tuh” kata shayla.

“Ya bagus sih bagus, Cuma aku takut gagal lagi, aku takut kalah.” Ucap Fara.

“Heleh, kalah mah udah biasa kalii, gak papa lah. Mau kalah, mau menang, yang penting berusaha.” Kata naura.

“Iya lho far, ada baiknya coba lagi” kata zahwa.

“Iya deh.” Jawab fara.

Bel pun berbunyi, waktu istirahat sudah selesai. Para siswa dan siswi melanjutkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwalnya masing masing.

Kini, jam menunjukan pukul 12.05 yang berarti jam pulang. Fara dan teman temannya pun berpisah untuk pulang kerumah masing masing.

Sesampainya dirumah, Fara bercerita kepada ibunya mengenai kejadian tadi disekolah, ia bercerita bahwa ia ditawarkan mengikuti lomba.

“Wah hebat anak ibu, sampai ditawari ikut lomba.” Puji ibu fara.

“Tapi bu, Fara takut gagal kaya dulu” ucap fara.

Ya fara hanya takut dengan kegagalan, ia mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Pada saat Fara SD, fara selalu mengikuti lomba lomba. Fara sudah banyak mengikuti banyak perlombaan di bidang yang sama, tetapi hasilnya pun gagal. Karena itulah, Fara takut untuk mencoba kembali.

“Tidak apa fara, tidak ada salahnya mencoba kembali. Kita tidak boleh patah semangat” kata ibu fara.

“Baik bu, fara akan mencoba lagi”

Fara pun terus berlatih untuk lombanya itu, fara tetap berusaha. Kali ini fara tidak memikirkan hasilnya bagaimana,  fara hanya fokus kepada usahanya.

 

Dua bulan pun berlalu, bulan ini (oktober) akan diselenggarakan perlombaan olimpiade matematika tersebut. Fara sudah siap untuk mengikutinya, ia sudah berlatih dan menyiapkan segalanya untuk itu.

Hingga hari perlombaan dilaksanakan pun tiba, fara berusaha dalam menjawab pertanyaan pertanyaan dalam soal tersebut. Ia sedikit kesulitan, namun ia pun tetap bisa menjawabnya.

 Perlombaan pun Selesai, fara pulang dan kini fara hanya tinggal menunggu hasil perlombaan tersebut.

Keesokan hari nya, fara melakukan aktivitas seperti biasanya. Ia bangun pagi, lalu pergi ke sekolah.

Sesampainya disekolah, ia menyapa teman temannya.

“Duh tau gak sih kemarin sudah juga soal soalnya” cerita fara.

“Hmm, tapi semoga aja bisa juara ya.” Ucap Ria

Bel pun berbunyi, fara dan teman temannya pun kembali melakukan kegiatan pelajaran.

Saat istirahat tiba, fara dipanggil oleh ibu Lestari.

“Fara maaf, kamu tidak mendapatkan juara untuk saat ini. Tetapi kamu masih ada kesempatan untuk mengikutinya lagi tahun depan.” Ucap ibu Lestari.

“Baik bu, mungkin saya akan mencoba lagi ditahun depan, terima kasih.” Jawab fara.

Fara pun pergi ke kantin menyusul teman temannya.

“Aku kalah” ucap fara dengan nada sedih.

“Gapapa, kamu hebat udah berusaha.” Kata naura

“Gausah sedih sedih gitu, aku traktir dehh, mau yaa?” Tawar shayna.

“Mau dong, mau mau” fara kembali bersemangat.

Fara pun sudah tidak lagi bersedih, karena temannya yang sudah menghibur fara. Fara beruntung karena fara memiliki teman teman seperti mereka.

Saat pulang, fara pun menceritakan kabar tadi kepada ibunya.

“Bu, fara gagal lagi bu, kenapa fara gagal terus bu?” Keluh fara.

“Tidak apa apa fara, kegagalan merupakan awal dari kesuksesan.” Kata ibu fara.

“Ibu sangat bangga kepada mu, karena kamu sudah berusaha dalam setiap perlombaan.” Lanjut ibu fara.

Setelah mendengar perkataan ibunya tadi, fara pun menjadi bersemangat dan tidak takut dengan kegagalan. Ia menyadari bahwa kegagalan itu adalah hal yang biasa, dan tidak akan selamanya juga ia gagal. Apabila ia terus berusaha dan mencoba, pasti ia akan berhasil.

Fara kini belajar dan berlatih lebih awal, ia menyiapkan semuanya untuk perlombaan tahun depan nanti.

Tajun ajaran baru pun tiba, hingga perlombaan olimpiade matematika pun tiba, fara sangat bersemangat untuk perlombaan olimpiade tahun ini, karena ia sudah berlatih sejak lama.

Fara mulai mengerjakan soal soal yang ada. Hingga waktu mengerjakan pun habis, fara telah selesai mengisi soal soal tersebut. Kini fara tidak harus menunggu hasilnya dirumah, tetapi fara dan peserta lainnya harus menunggu di tempat perlombaan.

Setelah menunggu, akhirnya hasil juara dari perlombaan tersebut diumumkan. Dan peserta yang memenangkan juara pertama adalah fara. Fara terkejut, sekaligus bangga terhadap dirinya sendiri. Akhirnya fara bisa berhasil.

Fara, ibu, serta teman temannya sangat bangga terhadap dirinya. Para guru disekolahnya pun sangat bangga terhadap dirinya, karena ia bisa menjadi peserta terbaik di lomba olimpiade tersebut.

 


Posting Komentar

0 Komentar