Pendidikan Adalah Cermin Bangsa Yang Cerdas
Ciri bangsa yang cerdas,
salah satunya ditilik dari pendidikannya. Pendidikan adalah sumber kualitas
rakyat. Pendidikan tak hanya mencakup ilmu pengetahuan, tapi juga mencakup
etika dan moral. Contohnya saja kata "maaf" "tolong" dan
"terimakasih" adalah salah satu pendidikan yang sudah dididik oleh
orang tua kita sejak masih kanak-kanak, dan ketiga kata itu tak boleh
dilupakan.
Setiap negara
memiliki sistem pendidikan berbeda-beda,
dan setiap guru pun memiliki cara
mengajar yang berbeda-beda, padahal mereka sama-sama mengikuti sistem
pendidikan yang sama, yang sudah ditetapkan dalam suatu negara. Hal itu akan
menjadi kesan terhadap anak-anak yanh dididik nya. Hal pertama yang diajarkan
adalah disiplin, yang kedua adalah etika dan bahasa. Ketiga point utama itu tak
boleh luput dari siswa, karena ketiga hal itu akan sangat penting dimasa depan
siswa itu sendiri.
Tetapi, pernahkan
terpikir jika semua anak di negeri ini mendapat pendidikan atau fasilitas
sekolah yang memadai ? Maka jawabannya tidak. Nyatanya sistem pendidikan
Indonesia belum mampu mengejar sistem pendidikan negara-negara lain yang lebih
maju. Sistem pendidikan yang dianut sama, tapi fasilitas belum mencakup
semuanya. Rata-rata fasilitas sekolah yang sudah memadai atau elite ada di
daerah perkotaan. Lalu bagaimana dengan fasilitas sekolah yang ada diluar daerah
perkotaan. Memang fasilitas nya tidak membuat mereka kesulitan, tapi tetap, hal
tersebut sedikit tidak mendukung kegiatan atau pembelajaran disekolah, misalnya
disebuah sekolah tak ada perpustakaan, karena tak adanya wilayah dan dana yang strategis dan cukup untuk dibangun, lalu bagaimana caranya mereka
meningkatkan kualitas literasi anak didiknya?, tidak ada laboratorium, tidak
ada ruang IT, karena dana yang tak mencukupi. Dan pihak sekolah pasti
mengharapkan bantuan dari pemerintah.
Tanpa orang lain
ketahui, anak-anak di negeri ini, sejujurnya memiliki potensi yang besar, yang
mungkin kedepannya, dapat merubah negeri ini menjadi lebih baik, jika mereka
mendapatkan pendidikan yang tepat. Tapi sayangnya, hal itu belum terkejar dan
belum terwujud oleh negeri ini.
Salah satu kejamnya
pendidikan di negeri ini adalah.... Semua siswa harus bisa semua mata
pelajaran, anak yang kurang minat bakat mereka pada pelajaran matematika dan
fisika dianggap bodoh. Padahal itu bukan keahlian mereka. Kebodohan,
kepintaran, kesuksesan seseorang selalu dianggap dan diukur dari nilai, membuat
anak diremehkan oleh guru, orangtua, atau orang lain. Jika orang berpikir
seperti itu, artinya dialah yang bodoh dalam berpikir. Mereka tak menyadari
dampak apa yang akan diterima oleh anak selanjutnya, hal itu membuat bakat dan
minat mereka turun atau bahkan hilang. Maka tak heran banyak anak remaja yang
memberontak. Tak usah heran jika di daerah sekitar banyak remaja yang tawuran,
mabuk, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Mungkin salah satu penyebab nya mereka
belum mendapatkan pendidikan yang tepat, juga
lingkungan yang tidak mendukung, kelakuan mereka yang seperti itu
mungkin juga membuat mereka kurang diperhatikan dan didukung oleh keluarganya.
Alhasil, mereka dicap sebagai anak bodoh dan nakal dan tak jelas akan masa
depannya. Padahal belum tentu. Mungkin saja di dalam diri mereka terselubung
bakat dan potensi yang besar.
Saya pernah
mendapat sebuah kata-kata kurang lebih seperti ini:
"Jika kau menguji
dan menilai ikan dalam hal memanjat, niscaya ikan itu akan menganggap dirinya
bodoh seumur hidup."
Kita menyadari satu
hal, jika pendidikan dan psikologis masih berkaitan erat. Tentunya guru harus
sangat memahami hal itu dalam mendidik.
Perubahan sangat
dibutuhkan di negeri ini, tentu mengarah pada hak positif. Cobalah untuk
merubah sedikit saja pendidikan di negeri ini. Seperti... Menambah atau
mengubah kurikulum belajar dan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan
minat yang disukai oleh pelajar dan mendidik mereka untuk mendalami bidang
mereka, hingga suatu hari dapat menghasilkan sesuatu, karena yang saya rasakan,
kita cenderung mudah memahami sesuatu hal yang kita suka.
Saya adalah pelajar.
Tentu saya memahami suka duka menjadi seorang pelajar. Salah satu hal yang
tidak disukai oleh pelajara adalah jam sekolah yang panjang. Padahal belum
tentu mereka menyimak seluruh materi yang diterangkan oleh guru didepan kelas.
Belum tentu mereka paham dengan apa yang disampaikan oleh guru. Yang ada
kesehatan mereka yang terganggu. Tak heran banyak murid sekolah yang membolos.
Karena setahu saya, mereka menganggap pelajaran disekolah tidak menarik dan
membosankan, karena terkadang saya juga merasakan kejenuhan saat belajar
dikelas.
Seharusnya buatlah
sekolah menjadi tempat yang paling dinanti-nanti oleh murid, hal itu juga
berpengaruh dalam mendidik mereka.
0 Komentar