Ticker

6/recent/ticker-posts

Pendidikan Adalah Cermin Bangsa Yang Cerdas


 Pendidikan Adalah Cermin Bangsa Yang Cerdas


Oleh Irma Nurmala

   Ciri bangsa yang cerdas, salah satunya ditilik dari pendidikannya. Pendidikan adalah sumber kualitas rakyat. Pendidikan tak hanya mencakup ilmu pengetahuan, tapi juga mencakup etika dan moral. Contohnya saja kata "maaf" "tolong" dan "terimakasih" adalah salah satu pendidikan yang sudah dididik oleh orang tua kita sejak masih kanak-kanak, dan ketiga kata itu tak boleh dilupakan.

          Setiap negara memiliki sistem pendidikan  berbeda-beda, dan setiap guru pun memiliki cara  mengajar yang berbeda-beda, padahal mereka sama-sama mengikuti sistem pendidikan yang sama, yang sudah ditetapkan dalam suatu negara. Hal itu akan menjadi kesan terhadap anak-anak yanh dididik nya. Hal pertama yang diajarkan adalah disiplin, yang kedua adalah etika dan bahasa. Ketiga point utama itu tak boleh luput dari siswa, karena ketiga hal itu akan sangat penting dimasa depan siswa itu sendiri.

         Tetapi, pernahkan terpikir jika semua anak di negeri ini mendapat pendidikan atau fasilitas sekolah yang memadai ? Maka jawabannya tidak. Nyatanya sistem pendidikan Indonesia belum mampu mengejar sistem pendidikan negara-negara lain yang lebih maju. Sistem pendidikan yang dianut sama, tapi fasilitas belum mencakup semuanya. Rata-rata fasilitas sekolah yang sudah memadai atau elite ada di daerah perkotaan. Lalu bagaimana dengan fasilitas sekolah yang ada diluar daerah perkotaan. Memang fasilitas nya tidak membuat mereka kesulitan, tapi tetap, hal tersebut sedikit tidak mendukung kegiatan atau pembelajaran disekolah, misalnya disebuah sekolah tak ada perpustakaan, karena tak adanya wilayah dan dana  yang strategis dan cukup  untuk dibangun, lalu bagaimana caranya mereka meningkatkan kualitas literasi anak didiknya?, tidak ada laboratorium, tidak ada ruang IT, karena dana yang tak mencukupi. Dan pihak sekolah pasti mengharapkan bantuan dari pemerintah.

          Lantas, apa kabar dengan anak-anak yang ada di dalam suku pedalaman. Walaupun mungkin mereka terikat dengan suku, tapi tak seharusnya kita mengabaikan mereka untuk memberikan pendidikan yang memadai pada mereka. Meraka hidup di negeri ini, mereka yang berusaha keras untuj menjaga keutuhan adat istiadat dan alam leluhur mereka, yang mungkin sudah lama kita abaikan. Mereka berhak! Untuk mendapatkan pendidikan yang memadai seperti anak-anak diluar sana.

          Tanpa orang lain ketahui, anak-anak di negeri ini, sejujurnya memiliki potensi yang besar, yang mungkin kedepannya, dapat merubah negeri ini menjadi lebih baik, jika mereka mendapatkan pendidikan yang tepat. Tapi sayangnya, hal itu belum terkejar dan belum terwujud oleh negeri ini.

          Salah satu kejamnya pendidikan di negeri ini adalah.... Semua siswa harus bisa semua mata pelajaran, anak yang kurang minat bakat mereka pada pelajaran matematika dan fisika dianggap bodoh. Padahal itu bukan keahlian mereka. Kebodohan, kepintaran, kesuksesan seseorang selalu dianggap dan diukur dari nilai, membuat anak diremehkan oleh guru, orangtua, atau orang lain. Jika orang berpikir seperti itu, artinya dialah yang bodoh dalam berpikir. Mereka tak menyadari dampak apa yang akan diterima oleh anak selanjutnya, hal itu membuat bakat dan minat mereka turun atau bahkan hilang. Maka tak heran banyak anak remaja yang memberontak. Tak usah heran jika di daerah sekitar banyak remaja yang tawuran, mabuk, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Mungkin salah satu penyebab nya mereka belum mendapatkan pendidikan yang tepat, juga  lingkungan yang tidak mendukung, kelakuan mereka yang seperti itu mungkin juga membuat mereka kurang diperhatikan dan didukung oleh keluarganya. Alhasil, mereka dicap sebagai anak bodoh dan nakal dan tak jelas akan masa depannya. Padahal belum tentu. Mungkin saja di dalam diri mereka terselubung bakat dan potensi yang besar.

           Saya pernah mendapat sebuah kata-kata kurang lebih seperti ini:

     "Jika kau menguji dan menilai ikan dalam hal memanjat, niscaya ikan itu akan menganggap dirinya bodoh seumur hidup."

       Kita menyadari satu hal, jika pendidikan dan psikologis masih berkaitan erat. Tentunya guru harus sangat memahami hal itu dalam mendidik.

         Perubahan sangat dibutuhkan di negeri ini, tentu mengarah pada hak positif. Cobalah untuk merubah sedikit saja pendidikan di negeri ini. Seperti... Menambah atau mengubah kurikulum belajar dan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat yang disukai oleh pelajar dan mendidik mereka untuk mendalami bidang mereka, hingga suatu hari dapat menghasilkan sesuatu, karena yang saya rasakan, kita cenderung mudah memahami sesuatu hal yang kita suka.

         Saya adalah pelajar. Tentu saya memahami suka duka menjadi seorang pelajar. Salah satu hal yang tidak disukai oleh pelajara adalah jam sekolah yang panjang. Padahal belum tentu mereka menyimak seluruh materi yang diterangkan oleh guru didepan kelas. Belum tentu mereka paham dengan apa yang disampaikan oleh guru. Yang ada kesehatan mereka yang terganggu. Tak heran banyak murid sekolah yang membolos. Karena setahu saya, mereka menganggap pelajaran disekolah tidak menarik dan membosankan, karena terkadang saya juga merasakan kejenuhan saat belajar dikelas.

        Seharusnya buatlah sekolah menjadi tempat yang paling dinanti-nanti oleh murid, hal itu juga berpengaruh dalam mendidik mereka.

        " Orang belajar tidak meski dengan buku, membaca atau menulis. Dengan mengamati, memperhatikan, menghafal, mendengarkan, orang pun belajar. Tetapi juga banyaknya belajar tidak menjamin orang menjadi pandai. Belajar adalah memupuk ilmu pengetahuan didalam dirinya..."

 -Pramoedya Ananta Toer-

Posting Komentar

0 Komentar